A.
BRIEF, FAKTOR PEMBENTUK & PROSES
TERBENTUKNYA CITRA
Amanda
Company Group merupakan perusahaan produksi pangan besar di Indonesia. Amanda
Company Group atau yang lebih dikenal dengan sebutan Amanda menjual berbagai
macam jenis kue, salah satu produk unggulannya, yaitu Brownies Kukus. Amanda
membuat Brownies Kukus dengan resep turun temurun dari keluarga.
Bisnis yang
didirikan Amanda merupakan bisnis keluarga. Dimulai dari bisnis keluarga
tersebut Amanda mendapatkan respons yang positif bagi masyarakat di daerah
Cimahi,Bandung. Setiap tahunnya Amanda selalu melakukan inovasi serta
pengembangan baru terhadap produknya. Dengan semakin banyaknya tanggapan baik
dari konsumen, Amanda mampu meraih penghargaan terus menerus, hingga pada
puncaknya tahun 2012 meraih penghargaan TOP BRAND AWARD.
·
Faktor-faktor pembentuk citra
A. Identitas Fisik
Identitas
Fisik Visual yaitu nama klien adalah Amanda dengan byline Brownies Kukus serta
tagline A Truly Brownies Taste. Logo Amanda menggunakan font dan warna yang
memiliki karakter yang simple namun tangguh. Warna utama dari logo adalah
coklat dan putih. Coklat mencerminkan karakter produk Brownies Amanda yang
terkesan manis legit dan nikmat rasanya, sedangkan putih melambangkan
kebebasan, keterbukaan dan keberanian.
B. Identitas Non Fisik
Amanda
berdiri pada tahun 1999. Sejarah pengembangan Brownies Amanda dimulai dari uji
coba pengolahan resep menggunakan system kukus. Lalu menggunakan system telefon
untuk pemesanannya. Kemudia membuka outlet pertamanya di kota Bandung, dan
hingga saat ini cabang Amanda telah menyebar di kota-kota besar di Indonesia.
Nilai-Nilai yang ada di dalam Amanda antara lain 3S, yaitu Senyum, Sapa, Salam
yang selalu diterapkan bilamana aktifitas penjualan berjalan di setiap outlet
Amanda.
C. Manajemen Organisasi
Amanda
menggunakan sistem tertutup, karena Amanda tidak menggunakan sistem waralaba
atau franchise, Amanda memilih untuk membuat pabrik produksi di setiap daerah
yang mampu menjangkau outlet-outlet di sekitar pabrik tersebut. Hal ini
dilakukan untuk menjaga kualitas rasa agar tetap konsisten dan sama pada setiap
outlet Amanda.
D. Kualitas Hasil
Amanda
dibentuk dari bisnis keluarga, dimana resepnya dibuat sendiri. Dari segi
tekstur, karakter Brownies yang dibangun hingga tingkat kematangan dan citarasa
tinggi sudah sangat diperhitungkan agar menjadi sebuah produk yang dicintai
oleh konsumen dari cirri khas yang ditampilkan. Bisnis ini tidak membuat sistem
waralaba atau franchise dan hal itu merupakan salah satu resep untuk Amanda
tetap dapat mempertahankan cita rasa Brownies unggulannya.
E. Aktifitas dan Pola Hubungan
Dalam Hubungan Organisasi Dengan
Publik terdapat kualitas komunikasi, yaitu Amanda tetap menjalin komunikasi
dengan masyarakat untuk memepertahankan konsumen agar tidak beralih ke produk
lain, contohnya Amanda membuat hotline khusus untuk menyampaikan kritik dan
saran dari konsumen. Dengan banyaknya outlet yang dimiliki Amanda, kepala
outlet menjadi media penting bagi jaringan informasi ke pusat Amanda dan
sekaligus sebagai alat komunikasi penghubung secara langsung dengan konsumen di
front office masing-masing outlet.
·
Asal Muasal Terciptanya Citra
a. Exposure
Objek mengetahui upaya
pencitraan organisasi melalui tatap langsung saat berkunjung ke outlet,
bagaimana desain ruangan, alur informasi, display dan kemasan produk dan brosur
yang tersedia. Amanda Brownies gencar beriklan baik melalui media elektronik
maupun media cetak karena masyarakat pada umumnya belum menerima dan mengerti
eksistensi dan keunggulan Amanda. Amanda Brownies dapat dibilang sebagai dagang
monopoli karena tidak memiliki kompetitor yang bersifat kompetitif. Amanda pun
sangat berhasil dalam memberikan positioning masyarakat. Bila ingin Brownies,
nama produk yang muncul pertama kali dibenak masyarakat, yaitu Amanda untuk
masalah Brownies yang bercitarasa manis, lembut dan enak.
b. Attention
Perhatian yang
ditunjukkan objek kepada organisasi cukup tinggi intensitas dan frekuensinya.
Terlihat dari berapa banyak pengunjung yang datang setiap harinya dan berapa
banyak produk yang terjual. Loyalitas konsumen terhadap produk Amanda muncul
dikarenakan ukuran yang cukup besar
cocok untuk dikonsumsi keluarga. Citra Brownies Amanda yang sudah memiliki
target dan segmentasi yang tepat. Dengan rasa yang nikmat dan teksture yang
lembut sangat nyaman rasanya Brownies Amanda di lidah masyarakat sehingga
banyak konsumen yang membeli dalam jumlah banyak untuk dikonsumsi bersama.
c. Comprehensive
Apa yang disampaikan
organisasi begitu tertanam di benak masyarakat, -“A truly Brownies taste”-
tagline tersebut begitu mengena karena mayoritas masyarakat jarang mengkonsumsi
Brownies. Objek memahami dengan baik
bahwa Amanda bermaksud untuk menyajikan bagaimana rasa dan keunikan Brownies
tersebut. Dimana Amanda yang dimulai dari bisnis keluarga untuk menciptakan
rasa yang begitu manis, enak dan lembut seiring berjalannya waktu, dan didukung
dengan fasilitas teknologi yang mumpuni, maka rasa dan desain produk Brownies
sudah terukur dan teruji dengan baik untuk disuguhkan ke semua lapisan
masyarakat.
d. Image
Citra Amanda Brownies
adalah current image, sebagai pelopor dalam pembuatan Brownies kukus di indonesia dengan proses produksi yang
higienis dilihat dari kondisi pabrik yang benar-benar steril, bentuk yang
sempurna dan didukung dengan varian rasa yang unik, serta penyajian yang
inovatif membuat Brownies Amanda tetap menjadi leader untuk produk sejenis. Image
yang tumbuh di benak masyarakat lebih mengarah terhadap citra yang positif, dan
didukung dengan berbagai macam penghargaan yang membuat nama produk Amanda
semakin dikenal khalayak. Ditambah lagi dengan 1 senjata yang sangat ampuh agar
konsumen semakin banyak dan loyal, yaitu dengan dinobatkannya Brownies Kukus
Amanda sebagai TOP BRAND 2012.
e. Behavior
Reaksi objek terhadap
organisasi sangat baik, dilihat dari
kesetiaan pelanggan dan keputusan membeli berulang yang tinggi (loyalitas).
Masyarakat modern yang bersifat praktis, efisien, dan efektif menganggap
Brownies sebagai salah satu solusi untuk hidup mereka yang begitu cepat dan
dipenuhi berbagai macam aktifitas dan
kesibukkan sebagai makanan ringan yang cocok dikonsumsi kapan saja dan
dimana saja.
B.
RESEARCH
AND STRATEGY
Dari
penelitian yang sudah kami dilakukan,
kami sudah melihat citra positif dan negatif. Keduanya yang ada akan
kami gunakan untuk mempertahankan citra Amanda Company Group, dengan cara
membuat solusi agar citra Amanda tetap baik dalam benak masyarakat. Dari data
yang kami temukan, maka Amanda perlu membuat strategi dan inovasi baru sebagai
berikut :
1. Produk Brownies Amanda size lebih
kecil dari sebelumnya dan Box juga disesuaikan dengan isi Brownies yang
dibingkai lebih kecil, sehingga harga yang ditawarkan lebih terjangkau dan
kemasan yang lebih praktis ini disuguhkan bagi kalangan anak-anak hingga
remaja, khususnya pelajar dan mahasiswa di kota Malang, untuk dapat dikonsumsi sehari-hari dan dapat
habis dalam waktu yang singkat.
2. Tidak hanya produk dan kemasan yang
diperkecil, namun dari yang sebelumnya kantong plastik sebagai tempat pembawa
box, akan diperbarui untuk menambah nilai akan lingkungan, yaitu dengan membuat
Paper bag yang dibuat dengan konsep “Go Green”.
Bilamana
salah satu atau kedua inovasi ini dapat direalisasikan maka kami akan melakukan
beberapa strategi perencanaan citra Amanda sebagai berikut:
1. Strategi pembuatan dan promosi
kemasan praktis
a. Ukuran 50% lebih kecil dari ukuran
semula,
b. Dipasarkan dengan harga Rp
15.000,00/bungkusnya.
c. Promosi melalui media cetak,
yaitu kemasan praktis dengan desain yang
inovatif ini akan dipromosikan melalui brosur,banner,dan memasang iklan di
media.
d. Melalui Face to face communication :
pengenalan packaging baru dengan direct selling yaitu pengenalan secara
langsung dengan konsumen.
e. Melalui new media : Amanda sendiri
sudah memiliki jejaring sosial seperti facebook, twitter, dan website.
2. Strategi pembuatan dan promosi paper
bag
a. Paper bag akan dibuat dengan ukuran
panjang 28cm, lebar 12,5cm dan tinggi 22cm.
b. Jenis kertas yang digunakan ialah
paper 150 gram.
c. Warna cokelat tua, dan logo terbaru
Amanda dihiasi dengan ornamen khas Amanda
d. Elegan namun ramah lingkungan.
C.
MEKANISME
PENGELOLAAN CITRA
Faktor-faktor
pembentuk citra oleh Amanda dimulai dari Identitas Fisik, Identitas Non Fisik,
Manajemen Organisasi, Kualitas Hasil, Aktifitas dan Pola Hubungan. Selain itu,
Amanda memiliki nilai perffect taste for
familly pada masyarakat, yaitu citra yang diinginkan oleh Amanda kepada
konsumen dengan memberikan kesempurnaan akan karakter rasa yang dibangun oleh
Amanda dengan teksture yang lembut, Brownies yang tebal, Rasa yang manis namun
pas juga aroma yang menggagumkan. Dari keunggulan produk Brownies Amanda
tersebut akan semakin melengkapi kebahagiaan keluarga untuk dinikmati secara
bersama.
Citra baik
yang dimiliki Amanda Brownies kukus saat ini sangat baik di mata konsumen dan
lebih kuat dibandingkan dengan kompetitor produk sejenis. Namun masih perlu
dilakukan inovasi terus menerus agar citra produk ini dapat bertahan dan lebih
maju. Dilain sisi, masyarakat modern yang membutuhkan kemasan lebih praktis
untuk keperluan sehari-hari karena dilatarbelakangi oleh mobilitas yang tinggi.
Untuk itu, seperti yang telah dijelasan pada poin strategi, kami menawarkan
kemasan praktis dan kemasan yang lebih menarik yang ramah lingkungan, untuk
menjangkau segmen konsumen yang lebih luas.
Oleh karena
itu, kami mengharapkan citra Amanda di masyarakat semakin positif dengan adanya
kemunculan kemasan praktis box mini Amanda ditambah dengan Paper Bag Amanda
yang berbasis Go Green.
Persepsi
yang ingin dibangun adalah:
·
Selain
memiliki rasa yang berkualitas, Amanda juga menggunakan kemasan yang ramah
lingkungan (go green)
·
Packaging
serta nilai baru kemasan Amanda yang menarik mendapatkan posisi di benak
masyarakat sehingga tersu di ingat sehingga Amanda tetap menjadi pilihan.
·
Brownies
Amanda yang siap saji dengan rasa yang manis, nikmat dan dapat menjadi
terobosan baru untuk makanan ringan yang dapat dibawa kemanapun dan dapat
dimakan dimanapun.
D.
CONTOH KONSEP
RE-BRANDING MANAJEMEN CITRA (UB sebagai World Class Entrepreneurial University)
Selama ini
Universitas Brawijaya gencar melakukan branding sebagai World Class
Entrepreneurial University, universitas kewirausahaan berkelas dunia. Namun,
menurut pandangan kami, citra ini kurang terlihat dan tidak memiliki kegiatan
branding yang signifikan. Selain itu, citra ini juga belum terlihat dari
peraturan, kegiatan, fasilitas, maupun program-program yang dimiliki
Universitas Brawijaya. Salah satu fasilitas yang menurut kami kurang
diberdayakan adalah Pusat Inkubator Bisnis dan Layanan Masyarakat (PIBLAM) yang
biasa dikenal sebaga Inbis UB.
Sejak
mencanangkan diri sebagai Entrepreneurial University pada tahun 2006, UB
kemudian mendirikan Inbis sebagai motor penggerak bagi civitas UB untuk menuju
Entreprenerurial University. Namun, pada kenyataannya fasilitas ini kurang
berfungsi, bahkan tidak terdengar gaungnya di kalangan mahasiswa UB. Jika kami
mendengar nama ‘Inbis’, mungkin yang terlintas di pemikiran kami bukanlah
‘tempat mengelola bisnis mahasiswa UB’, namun ‘tempat tes TOEFL’. Karena memang
citra tersebut lah yang melekat di benak kami. Menurut penuturan teman yang
pernah diajar oleh mantan Direktur Inbis, beliau pernah mengungkapkan bahwa
Inbis gagal mengembang fungsinya sebagai unsur usaha bisnis UB.
Kurangnya
pemberdayaan Inbis sebagai motor kewirausahaan UB juga terlihat dari kurangnya
sosialisasi Inbis kepada mahasiswa UB. Sehingga, banyak mahasiswa UB yang masih
belum tahu apa sebenarnya Inbis dan apa manfaat/fungsinya fasilitas tersebut
bagi kita. Padahal, seharusnya Inbis perlu diperkenalkan sebagai ‘inkubator
bisnis’, di mana mahasiswa dapat mengembangkan usaha mereka. Jika demikian,
maka fasilitas Inbis sudah sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai UB, yakni
Entrepreneurial University. Selain itu, menurut kami, Inbis seharusnya juga
memberikan workshop bagaimana memulai usaha, mengelola usaha, bahkan mungkin
memberi fasilitas dan kemudahan bagi mahasiswa UB yang ingin mengembangkan
usahanya. Terutama, mungkin mahasiswa-mahasiswa yang berhasil menjadi juara PKM
Kewirausahaan. Sehingga, fasilitas tersebut bisa mendorong mahasiswa-mahasiswa
lain untuk kreatif dan berinovasi mengembangkan usaha yang lain. Dengan
demikian, UB berhasil menanamkan jiwa kewirausahaan kepada setiap mahasiswanya.
Citra inilah
yang belum terlihat dari UB. Contoh sederhana adalah jika kita googling dengan
kata kunci Entrepreneur University maka yang keluar adalah nama-nama seperti
Universitas Ciputra, Prasetya Mulya, dan lain sebagainya. Nama UB pun belum
terlihat gaungnya sebagai Entrepreneur University. Padahal, itu adalah branding
utama UB.
Dari
penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa UB masih belum bisa membentuk citra
sebagai World Class Entrepreneurial University walaupun UB sudah melakukan
berbagai upaya seperti kerjasama dengan beberapa institusi maupun universitas
luar negeri melalui program exchange, pemberian reward bagi mahasiswa
berprestasi, dorongan untuk pengembangan PKM, dan lain sebagainya. Dari
beberapa unsur pembentuk citra, kami analisis unsur yang paling kurang terlihat
dari UB adalah mutu produk dan layanan. Sebagai universitas yang menuju kelas
dunia, fasilitas yang dimiliki UB pun masih kurang. Seperti Inbis yang
seharusnya bisa menunjang dan mendorong kegiatan wirausaha, luas kampus, tempat
ibadah yang belum kunjung selesai, dan bahkan ada beberapa tempat yang masih
gelap (tidak ada lampu). Sehingga, kami memberikan saran agar UB fokus pada
tujuan utama yang ingin dicapai sesuai dengan citra yang ingin
di-endorse/branding. UB harus banyak memberi fasilitas yang benar-benar
menunjukkan bahwa setiap civitas UB berjiwa kewirausahaan dan dikenal masyarakat
secara luas. UB sudah memiliki motor penggerak usaha yang bagus, yakni Inbis.
Hendaknya Inbis selalu disosialisasikan pada mahasiswa UB, terutama mahasiswa
baru. Inbis juga bisa menyediakan fasilitas yang bisa memudahkan mahasiswa
dalam mengembangkan usaha, seperti konsultasi bisnis, penyewaan took/stand
untuk berjualan, dan lain sebagainya.