Pages

Wednesday, April 16, 2014

Kualitas Pelayanan menurut Zeithaml


Menurut Zeithaml definisi kualitas pelayanan adalah sebagai berikut :
Service quality is the extent of discrepancy between customers expectations
or desires and their perception. (Zeithaml, Parasuraman, dan Berry, 1990,
p.19)
Artinya kualitas layanan adalah kesenjangan/ketidaksesuaian antara harapan atau keinginan konsumen dengan persepsi konsumen. Dengan kata lain kualitas pelayanan yang diterima konsumen dinyatakan dalam besarnya ukuran kesenjangan/ketidaksesuaian antara harapan atau keinginan konsumen dengan tingkat persepsi mereka.
Kualitas layanan dapat diketahui dengan cara membandingkan persepsi konsumen dan pelanggan sebagai penerima layanan atas layanan yang mereka terima, dengan layanan yang mereka inginkan. Jika layanan yang diterima lebih dari yang diharapkan, maka layanan tersebut dapat dikatakan berkualitas. Sedangkan apabila layanan yang diterima sama dengan yang diharapkan, maka layanan tersebut memuaskan. Sedangkan jika layanan kurang dari yang diharapkan, maka layanan tersebut tidak berkualitas. Kesimpulannya, kualitas layanan dapat didefinisikan sebagai seberapa jauh kesenjangan antara kenyataan dan harapan publik atas layanan yang diterima/diperoleh. Dan baik tidaknya kualitas pelayanan tergantung pada penyedia pelayanan dalam memenuhi harapan pelanggannya secara konsisten.
Sistem pelayanan publik yang baik akan menghasilkan kualitas pelayanan publik yang baik pula. Suatu sistem yang baik akan menghasilkan suatu prosedur pelayanan yang terstandar dan memberikan mekanisme kontrol di dalam dirinya (built in control). Sehingga segala bentuk penyimpangan yang terjadi akan mudah diketahui. Selain itu, sistem pelayanan juga harus sesuai dengan kebutuhan pelanggan. Ini berarti organisasi harus mampu merespons kebutuhan dan keingunan pelanggan dengan menyediakan sistem pelayanan dan strategi yang tepat.
Zeithaml, Berry, dan Parasuraman mengembangkan 10 faktor utama yang menentukan kualitas kepuasan pelanggan[6], yaitu :
1. Tangibles : keadaan fisik pemberi layanan, seperti fasilitas gedung, tata letak dan tampilan barang, kenyamanan, peralatan dan perlengkapan modern.
2. Reliability : mencakup dua hal pokok, yaitu konsistensi kerja (performance) dan kemampuan untuk dipercaya (dependability). Hal ini berarti perusahaan harus memberikan pelayanannya secara tepat sejak saat pertama (right in the firts time). Karena dengan demikian, perusahaan akan dilihat sebagai perusahaan yang menepati janji dan berkomitmen kepada publiknya.
3. Responsiveness : pelayanan yang baik harus disertai dengan tingkat keikutsertaan /keterlibatan dan daya adaptasi yang tinggi. Contohnya membantu memecahkan masalah.
4.  Competence : pelayanan yang baik harus didasarkan kepada kecakapan/keterampilan yang tinggi.
5. Access : meliputi mpemberian/penyediaan hal-hal, produk, fasilitas  yang diinginkan dan mudah didapat oleh pelanggan.
6. Courtesy : pelayanan yang baik harus disertai dengan sikap keramahan, kesopanan  kepada publik yang dilayani.
7. Communication : pelayanan yang baik harus didasarkan kepada kemampuan berkomunikasi yang baik dengan publik yang dilayani.
8. Credibility : pelayanan yang baik harus dapat memberikan kepercayaan yang tinggi kepada publik yang dilayani.
9. Security : pelayanan yang baik harus memberikan rasa aman kepada publik yang dilayani dengan cara membebaskan publik dari segala risiko atau keragu-raguan pelanggan.
10. Understanding The Customer : pelayanan yang baik harus didasarkan kepada kemampuan menanggapi atau rasa pengertian kepada keinginan pihak yang dilayani.

Contoh instansi yang berusaha mendekatkan kesenjangan harapan pelanggan dengan layanan yang mereka berikan adalah Bank BCA. Bank BCA memiliki inovasi baru dengan tujuan memberi kenyamanan pelanggan dalam bertransaksi, yaitu setor dan tarik tunai di satu mesin ATM Star. Melalui ATM Star nasabah dapat melakukan berbagai transaksi seperti tarik tunai, setor tunai, transfer, pembayaran atau pembelian tanpa perlu beranjak dari satu mesin ATM ke mesin ATM lainnya dan mengantri lama.
BCA menyadari bahwa efisiensi waktu merupakan kebutuhan utama tiap individu di era modern seperti sekarang. Sehingga, inovasi yang dibuat BCA benar-benar menarik dan memberi kenyamanan bagi nasabah. Kaitannya dengan faktor-faktor yang menentukan kepuasan pelanggan tersebut ialah BCA berusaha memenuhi poin 2, 4, dan 5. BCA mampu melihat permasalahan yang ’mungkin’ menimbulkan ketidaknyamanan bagi beberapa nasabah. Kemudian, BCA berusaha mempertahankan kepercayaan nasabah dengan menyediakan fasilitas baru yang ’mungkin’ diinginkan pelanggan dan memudahkan pelanggan dalam bertransaksi (Sumber: majalah SWA Edisi 07 XXX 27 Maret-9 April 2014 hlm. 11).  

Sumber referensi:
Jurnal: Kualitas Pelayanan oleh Yohana Citra Permatasari FISIP Universitas Indonesia 2009
[6] Parasuraman, Valarie A. Z. and Berry. Delivering Service Quality. Mc Milan, New York, 2002, p.21
http://dedylondong.blogspot.com/2011/11/kualitas-pelayanan.html

Wednesday, April 2, 2014

Manajemen Citra (faktor-faktor pembentuk citra, strategi pengembangan citra, dan mekanisme pengelolaan citra)




A.    BRIEF, FAKTOR PEMBENTUK & PROSES TERBENTUKNYA CITRA
Amanda Company Group merupakan perusahaan produksi pangan besar di Indonesia. Amanda Company Group atau yang lebih dikenal dengan sebutan Amanda menjual berbagai macam jenis kue, salah satu produk unggulannya, yaitu Brownies Kukus. Amanda membuat Brownies Kukus dengan resep turun temurun dari keluarga.
Bisnis yang didirikan Amanda merupakan bisnis keluarga. Dimulai dari bisnis keluarga tersebut Amanda mendapatkan respons yang positif bagi masyarakat di daerah Cimahi,Bandung. Setiap tahunnya Amanda selalu melakukan inovasi serta pengembangan baru terhadap produknya. Dengan semakin banyaknya tanggapan baik dari konsumen, Amanda mampu meraih penghargaan terus menerus, hingga pada puncaknya tahun 2012 meraih penghargaan TOP BRAND AWARD.
·         Faktor-faktor pembentuk citra
A.         Identitas Fisik
Identitas Fisik Visual yaitu nama klien adalah Amanda dengan byline Brownies Kukus serta tagline A Truly Brownies Taste. Logo Amanda menggunakan font dan warna yang memiliki karakter yang simple namun tangguh. Warna utama dari logo adalah coklat dan putih. Coklat mencerminkan karakter produk Brownies Amanda yang terkesan manis legit dan nikmat rasanya, sedangkan putih melambangkan kebebasan, keterbukaan dan keberanian.
B.         Identitas Non Fisik
Amanda berdiri pada tahun 1999. Sejarah pengembangan Brownies Amanda dimulai dari uji coba pengolahan resep menggunakan system kukus. Lalu menggunakan system telefon untuk pemesanannya. Kemudia membuka outlet pertamanya di kota Bandung, dan hingga saat ini cabang Amanda telah menyebar di kota-kota besar di Indonesia. Nilai-Nilai yang ada di dalam Amanda antara lain 3S, yaitu Senyum, Sapa, Salam yang selalu diterapkan bilamana aktifitas penjualan berjalan di setiap outlet Amanda.
C.         Manajemen Organisasi
Amanda menggunakan sistem tertutup, karena Amanda tidak menggunakan sistem waralaba atau franchise, Amanda memilih untuk membuat pabrik produksi di setiap daerah yang mampu menjangkau outlet-outlet di sekitar pabrik tersebut. Hal ini dilakukan untuk menjaga kualitas rasa agar tetap konsisten dan sama pada setiap outlet Amanda.
D.         Kualitas Hasil
Amanda dibentuk dari bisnis keluarga, dimana resepnya dibuat sendiri. Dari segi tekstur, karakter Brownies yang dibangun hingga tingkat kematangan dan citarasa tinggi sudah sangat diperhitungkan agar menjadi sebuah produk yang dicintai oleh konsumen dari cirri khas yang ditampilkan. Bisnis ini tidak membuat sistem waralaba atau franchise dan hal itu merupakan salah satu resep untuk Amanda tetap dapat mempertahankan cita rasa Brownies unggulannya.
E.         Aktifitas dan Pola Hubungan
            Dalam Hubungan Organisasi Dengan Publik terdapat kualitas komunikasi, yaitu Amanda tetap menjalin komunikasi dengan masyarakat untuk memepertahankan konsumen agar tidak beralih ke produk lain, contohnya Amanda membuat hotline khusus untuk menyampaikan kritik dan saran dari konsumen. Dengan banyaknya outlet yang dimiliki Amanda, kepala outlet menjadi media penting bagi jaringan informasi ke pusat Amanda dan sekaligus sebagai alat komunikasi penghubung secara langsung dengan konsumen di front office masing-masing outlet.

·         Asal Muasal Terciptanya Citra
a.      Exposure
Objek mengetahui upaya pencitraan organisasi melalui tatap langsung saat berkunjung ke outlet, bagaimana desain ruangan, alur informasi, display dan kemasan produk dan brosur yang tersedia. Amanda Brownies gencar beriklan baik melalui media elektronik maupun media cetak karena masyarakat pada umumnya belum menerima dan mengerti eksistensi dan keunggulan Amanda. Amanda Brownies dapat dibilang sebagai dagang monopoli karena tidak memiliki kompetitor yang bersifat kompetitif. Amanda pun sangat berhasil dalam memberikan positioning masyarakat. Bila ingin Brownies, nama produk yang muncul pertama kali dibenak masyarakat, yaitu Amanda untuk masalah Brownies yang bercitarasa manis, lembut dan enak.
b.      Attention
Perhatian yang ditunjukkan objek kepada organisasi cukup tinggi intensitas dan frekuensinya. Terlihat dari berapa banyak pengunjung yang datang setiap harinya dan berapa banyak produk yang terjual. Loyalitas konsumen terhadap produk Amanda muncul dikarenakan  ukuran yang cukup besar cocok untuk dikonsumsi keluarga. Citra Brownies Amanda yang sudah memiliki target dan segmentasi yang tepat. Dengan rasa yang nikmat dan teksture yang lembut sangat nyaman rasanya Brownies Amanda di lidah masyarakat sehingga banyak konsumen yang membeli dalam jumlah banyak untuk dikonsumsi bersama.
c.       Comprehensive
Apa yang disampaikan organisasi begitu tertanam di benak masyarakat, -“A truly Brownies taste”- tagline tersebut begitu mengena karena mayoritas masyarakat jarang mengkonsumsi Brownies.  Objek memahami dengan baik bahwa Amanda bermaksud untuk menyajikan bagaimana rasa dan keunikan Brownies tersebut. Dimana Amanda yang dimulai dari bisnis keluarga untuk menciptakan rasa yang begitu manis, enak dan lembut seiring berjalannya waktu, dan didukung dengan fasilitas teknologi yang mumpuni, maka rasa dan desain produk Brownies sudah terukur dan teruji dengan baik untuk disuguhkan ke semua lapisan masyarakat.
d.      Image
Citra Amanda Brownies adalah current image, sebagai pelopor dalam pembuatan Brownies kukus  di indonesia dengan proses produksi yang higienis dilihat dari kondisi pabrik yang benar-benar steril, bentuk yang sempurna dan didukung dengan varian rasa yang unik, serta penyajian yang inovatif membuat Brownies Amanda tetap menjadi leader untuk produk sejenis. Image yang tumbuh di benak masyarakat lebih mengarah terhadap citra yang positif, dan didukung dengan berbagai macam penghargaan yang membuat nama produk Amanda semakin dikenal khalayak. Ditambah lagi dengan 1 senjata yang sangat ampuh agar konsumen semakin banyak dan loyal, yaitu dengan dinobatkannya Brownies Kukus Amanda sebagai TOP BRAND 2012.
e.      Behavior
Reaksi objek terhadap organisasi  sangat baik, dilihat dari kesetiaan pelanggan dan keputusan membeli berulang yang tinggi (loyalitas). Masyarakat modern yang bersifat praktis, efisien, dan efektif menganggap Brownies sebagai salah satu solusi untuk hidup mereka yang begitu cepat dan dipenuhi berbagai macam aktifitas dan  kesibukkan sebagai makanan ringan yang cocok dikonsumsi kapan saja dan dimana saja.

B.    RESEARCH AND STRATEGY
Dari penelitian yang sudah kami dilakukan,  kami sudah melihat citra positif dan negatif. Keduanya yang ada akan kami gunakan untuk mempertahankan citra Amanda Company Group, dengan cara membuat solusi agar citra Amanda tetap baik dalam benak masyarakat. Dari data yang kami temukan, maka Amanda perlu membuat strategi dan inovasi baru sebagai berikut :
1.      Produk Brownies Amanda size lebih kecil dari sebelumnya dan Box juga disesuaikan dengan isi Brownies yang dibingkai lebih kecil, sehingga harga yang ditawarkan lebih terjangkau dan kemasan yang lebih praktis ini disuguhkan bagi kalangan anak-anak hingga remaja, khususnya pelajar dan mahasiswa di kota Malang,  untuk dapat dikonsumsi sehari-hari dan dapat habis dalam waktu yang singkat.
2.      Tidak hanya produk dan kemasan yang diperkecil, namun dari yang sebelumnya kantong plastik sebagai tempat pembawa box, akan diperbarui untuk menambah nilai akan lingkungan, yaitu dengan membuat Paper bag yang dibuat dengan konsep “Go Green”.
Bilamana salah satu atau kedua inovasi ini dapat direalisasikan maka kami akan melakukan beberapa strategi perencanaan citra Amanda sebagai berikut:
1.      Strategi pembuatan dan promosi kemasan praktis

a.      Ukuran 50% lebih kecil dari ukuran semula,
b.      Dipasarkan dengan harga Rp 15.000,00/bungkusnya.
c.       Promosi melalui media cetak, yaitu  kemasan praktis dengan desain yang inovatif ini akan dipromosikan melalui brosur,banner,dan memasang iklan di media.
d.      Melalui Face to face communication : pengenalan packaging baru dengan direct selling yaitu pengenalan secara langsung dengan konsumen.
e.      Melalui new media : Amanda sendiri sudah memiliki jejaring sosial seperti facebook, twitter, dan website.
2.      Strategi pembuatan dan promosi paper bag

a.      Paper bag akan dibuat dengan ukuran panjang 28cm, lebar 12,5cm dan tinggi 22cm.
b.      Jenis kertas yang digunakan ialah paper 150 gram.
c.       Warna cokelat tua, dan logo terbaru Amanda dihiasi dengan ornamen khas Amanda
d.      Elegan namun ramah lingkungan.


C.     MEKANISME PENGELOLAAN CITRA
Faktor-faktor pembentuk citra oleh Amanda dimulai dari Identitas Fisik, Identitas Non Fisik, Manajemen Organisasi, Kualitas Hasil, Aktifitas dan Pola Hubungan. Selain itu, Amanda memiliki nilai  perffect taste for familly pada masyarakat, yaitu citra yang diinginkan oleh Amanda kepada konsumen dengan memberikan kesempurnaan akan karakter rasa yang dibangun oleh Amanda dengan teksture yang lembut, Brownies yang tebal, Rasa yang manis namun pas juga aroma yang menggagumkan. Dari keunggulan produk Brownies Amanda tersebut akan semakin melengkapi kebahagiaan keluarga untuk dinikmati secara bersama.
Citra baik yang dimiliki Amanda Brownies kukus saat ini sangat baik di mata konsumen dan lebih kuat dibandingkan dengan kompetitor produk sejenis. Namun masih perlu dilakukan inovasi terus menerus agar citra produk ini dapat bertahan dan lebih maju. Dilain sisi, masyarakat modern yang membutuhkan kemasan lebih praktis untuk keperluan sehari-hari karena dilatarbelakangi oleh mobilitas yang tinggi. Untuk itu, seperti yang telah dijelasan pada poin strategi, kami menawarkan kemasan praktis dan kemasan yang lebih menarik yang ramah lingkungan, untuk menjangkau segmen konsumen yang lebih luas.
Oleh karena itu, kami mengharapkan citra Amanda di masyarakat semakin positif dengan adanya kemunculan kemasan praktis box mini Amanda ditambah dengan Paper Bag Amanda yang berbasis Go Green.
Persepsi yang ingin dibangun adalah:
·         Selain memiliki rasa yang berkualitas, Amanda juga menggunakan kemasan yang ramah lingkungan (go green)
·         Packaging serta nilai baru kemasan Amanda yang menarik mendapatkan posisi di benak masyarakat sehingga tersu di ingat sehingga Amanda tetap menjadi pilihan.
·         Brownies Amanda yang siap saji dengan rasa yang manis, nikmat dan dapat menjadi terobosan baru untuk makanan ringan yang dapat dibawa kemanapun dan dapat dimakan dimanapun.

D.    CONTOH KONSEP RE-BRANDING MANAJEMEN CITRA (UB sebagai World Class Entrepreneurial University)

Selama ini Universitas Brawijaya gencar melakukan branding sebagai World Class Entrepreneurial University, universitas kewirausahaan berkelas dunia. Namun, menurut pandangan kami, citra ini kurang terlihat dan tidak memiliki kegiatan branding yang signifikan. Selain itu, citra ini juga belum terlihat dari peraturan, kegiatan, fasilitas, maupun program-program yang dimiliki Universitas Brawijaya. Salah satu fasilitas yang menurut kami kurang diberdayakan adalah Pusat Inkubator Bisnis dan Layanan Masyarakat (PIBLAM) yang biasa dikenal sebaga Inbis UB.
Sejak mencanangkan diri sebagai Entrepreneurial University pada tahun 2006, UB kemudian mendirikan Inbis sebagai motor penggerak bagi civitas UB untuk menuju Entreprenerurial University. Namun, pada kenyataannya fasilitas ini kurang berfungsi, bahkan tidak terdengar gaungnya di kalangan mahasiswa UB. Jika kami mendengar nama ‘Inbis’, mungkin yang terlintas di pemikiran kami bukanlah ‘tempat mengelola bisnis mahasiswa UB’, namun ‘tempat tes TOEFL’. Karena memang citra tersebut lah yang melekat di benak kami. Menurut penuturan teman yang pernah diajar oleh mantan Direktur Inbis, beliau pernah mengungkapkan bahwa Inbis gagal mengembang fungsinya sebagai unsur usaha bisnis UB.
Kurangnya pemberdayaan Inbis sebagai motor kewirausahaan UB juga terlihat dari kurangnya sosialisasi Inbis kepada mahasiswa UB. Sehingga, banyak mahasiswa UB yang masih belum tahu apa sebenarnya Inbis dan apa manfaat/fungsinya fasilitas tersebut bagi kita. Padahal, seharusnya Inbis perlu diperkenalkan sebagai ‘inkubator bisnis’, di mana mahasiswa dapat mengembangkan usaha mereka. Jika demikian, maka fasilitas Inbis sudah sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai UB, yakni Entrepreneurial University. Selain itu, menurut kami, Inbis seharusnya juga memberikan workshop bagaimana memulai usaha, mengelola usaha, bahkan mungkin memberi fasilitas dan kemudahan bagi mahasiswa UB yang ingin mengembangkan usahanya. Terutama, mungkin mahasiswa-mahasiswa yang berhasil menjadi juara PKM Kewirausahaan. Sehingga, fasilitas tersebut bisa mendorong mahasiswa-mahasiswa lain untuk kreatif dan berinovasi mengembangkan usaha yang lain. Dengan demikian, UB berhasil menanamkan jiwa kewirausahaan kepada setiap mahasiswanya.
Citra inilah yang belum terlihat dari UB. Contoh sederhana adalah jika kita googling dengan kata kunci Entrepreneur University maka yang keluar adalah nama-nama seperti Universitas Ciputra, Prasetya Mulya, dan lain sebagainya. Nama UB pun belum terlihat gaungnya sebagai Entrepreneur University. Padahal, itu adalah branding utama UB.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa UB masih belum bisa membentuk citra sebagai World Class Entrepreneurial University walaupun UB sudah melakukan berbagai upaya seperti kerjasama dengan beberapa institusi maupun universitas luar negeri melalui program exchange, pemberian reward bagi mahasiswa berprestasi, dorongan untuk pengembangan PKM, dan lain sebagainya. Dari beberapa unsur pembentuk citra, kami analisis unsur yang paling kurang terlihat dari UB adalah mutu produk dan layanan. Sebagai universitas yang menuju kelas dunia, fasilitas yang dimiliki UB pun masih kurang. Seperti Inbis yang seharusnya bisa menunjang dan mendorong kegiatan wirausaha, luas kampus, tempat ibadah yang belum kunjung selesai, dan bahkan ada beberapa tempat yang masih gelap (tidak ada lampu). Sehingga, kami memberikan saran agar UB fokus pada tujuan utama yang ingin dicapai sesuai dengan citra yang ingin di-endorse/branding. UB harus banyak memberi fasilitas yang benar-benar menunjukkan bahwa setiap civitas UB berjiwa kewirausahaan dan dikenal masyarakat secara luas. UB sudah memiliki motor penggerak usaha yang bagus, yakni Inbis. Hendaknya Inbis selalu disosialisasikan pada mahasiswa UB, terutama mahasiswa baru. Inbis juga bisa menyediakan fasilitas yang bisa memudahkan mahasiswa dalam mengembangkan usaha, seperti konsultasi bisnis, penyewaan took/stand untuk berjualan, dan lain sebagainya.